Tahun ini benar benar tahun yang paling berdinamika. Dari persoalan pekerjaan, hobi, kehidupan sehari hari, hingga hubungan dengan orang lain. Semuanya up and down, tidak ada yang datar. Di penghujung tahun ini aku ingin merefleksikan perjalananku di tahun 2024.
Pekerjaan dan Karir
Di awal tahun ini benar benar menguras pikiran dan hati. Pekerjaan sudah diambang titik jenuh. Memang terlihat kurang bersyukur karena aku masih bisa bekerja di rumah dan pendapatan bisa dibilang sangat cukup untuk kehidupan sehari hari di kota kecil. Tapi masalah yang selalu berulang sudah tidak mampu aku kompromikan lagi, yang berakhir dengan resign dari kantor tempat aku mencari nafkah selama kurang lebih 5 tahun. Tentunya dengan pertimbangan yang sangat matang, bahkan mungkin sangat matang karena sudah aku rencanakan di tahun sebelumnya.
Tangan Tuhan ternyata masih membawa tongkat-Nya dan membimbing aku. Di tahun yang sama, aku menandatangani kerja sama dengan salah satu universitas di Indonesia yang akan menggarap proyek salah satu kementrian. Memang bukan sesuatu yang berkelanjutan, karena proyek akan selesai di akhir tahun. Tapi itu pun sudah cukup untuk menunjukkan kasih-Nya.
Hobi lama yang baru aku ingat
Di akhir tahun 2023 tepatnya, aku diminta tolong untuk mendokumentasikan kegiatan di gereja karena saat itu ada kekosongan tim dokumentasi. Aku bawa kamera gerejaku untuk mendokumentasikan kegiatan tersebut dan aku sangat menikmatinya! Kemudian aku teringat sebenarnya dulu aku pernah punya ketertarikan di dunia fotografi sejak kecil. Bahkan ketika aku kuliah, aku sempat ikut komunitas fotografi di kampus. Tapi itu tidak lama, karena aku tidak punya kamera sendiri; dimana itu akan sangat menyulitkan untuk belajar fotografi.
Tidak perlu waktu lama, aku bongkar celenganku untuk membeli kamera pertamaku. Tentunya kamera bekas, karena kamera keluaran terbaru sudah tidak terjangkau lagi harganya wkwkwk. Ribuan video youtube tentang fotografi sudah aku tonton, beberapa lensa kamera bekas juga sudah aku beli hanya untuk memuaskan hobi yang selama ini aku pendam (karena baru punya uang). Memang benar kata Tony Stark, “everyone needs a hobby” (yang ternyata dikutip juga dari Stephen Hawking). Hobi inilah yang membuat aku tetap menikmati hidup, ditengah pekerjaan dan kehidupan yang begitu ruwet.
Mencoba membongkar kehidupan yang membosankan
Beberapa tahun terakhir, aku melihat hidupku hanya ada di guaku sendiri. Bisa dibilang efek covid baru terasa di akhir masa pandemi; aku merasa hidupku sangat monoton: beristirahat dan bekerja hanya dari kamarku. Aku tahu itu tidak baik, tapi aku sangat malas untuk melakukan perubahan ritme hidupku. Yah, bisa dibilang hal ini juga yang mungkin mendasari kejenuhanku dengan pekerjaan. Aku tahu terdengar salah, tapi resign adalah salah satu caraku membongkar ritme hidupku sendiri: agar aku di kemudian hari “terpaksa” untuk mencari kesempatan lain yang mungkin bisa aku capai.
Di awal tahun akupun berusaha untuk membuka hubungan dengan lawan jenis setelah bertahun tahun lamanya tidak pernah berhubungan dengan wanita. Kami melakukan kencan yang sangat tidak biasa: berkeliling keluar kota hanya untuk sekedar mencari makanan khas di kota tersebut. Kota kota di Madura, kota Mojokerto, Lamongan, pantai selatan Malang untuk sekedar makan ikan bakar, dan kerandoman lainnya. Meskipun hubungan ini berakhir juga di akhir tahun ini, tapi aku menganggap sudah melakukan usaha untuk membongkar ritme hidupku yang monoton.
Resign menjadi awal juga aku melakukan perjalanan panjang pertamaku menggunakan motor. Aku berangkat ke Solo menggunakan sepeda motor untuk menemui temanku yang dari Jakarta. Disana seperti yang sudah pernah kami lakukan di Bali; kami mencoba mengulik kuliner khas Solo. Tidak lupa aku membawa kameraku juga untuk mendokumentasikan dengan lebih proper.
Refleksi
Sudah menjadi PR tahunan yang mungkin juga jadi PR kita masing masing. Mau tidak mau, kita harus bisa melawan diri kita sendiri. Diri kita yang iri dengan pencapaian orang lain, diri kita yang malas, diri kita yang tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain, dan versi diri kita yang kurang baik. Di epos Mahabarata pun sebelum perang Kurusetra, para pandawa harus melawan para raksasa yang telah menduplikasi pribadi mereka. Sebuah pelajaran bahwasanya sebelum melakukan “perang” yang sesungguhnya, kita harus sudah menaklukkan diri kita sendiri.
Happy new year for me. And you too!