Citarasa menurutku adalah kekhasan rasa dari masing masing daerah, yang mungkin saja dipengaruhi oleh budaya ataupun letak geografis daerah tersebut. Makanan paling simpel yang bisa menjadi contoh adalah soto, kita bisa langsung tahu mana soto dari Lamongan dan mana soto yang dari Boyolali. Sama halnya dengan gudeg, pecinta gudeg akan langsung tahu mana tipikal gudeg Solo dan mana tipikal gudeg Yogya. Dari sinilah petualangan kuliner di Kota Solo dimulai.
Nasi Goreng Pak Unyil (google maps)
Setelah sampai di hotel, malamnya kami bergegas mencari makan malam. Dari banyak review google dan youtube, nasi goreng pak Unyil ini salah satu makanan dengan topping babi yang direkomendasikan. Nasi goreng ini tipikal nasi goreng jawa dengan isian kikil babi, kalau beruntung kita akan ditawarkan klepon (semacam usus babi). Seperti pada umumnya nasi goreng jawa, nasi goreng ini dimasak menggunakan kecap. Uniknya nasi goreng ini masih dimasak menggunakan anglo, jadi siapkan kesabaran ketika antrian kita sudah di nomor puluhan karena setiap porsi akan dimasak satu persatu.
Entah beruntung atau tidak, kami sampai ketika gerobaknya baru saja datang sekitar pukul 7 malam. Disana sudah mengantri beberapa orang, dan kami mendapat antrian ke 14. Karena sudah kepalang tanggung, kami tunggu saja antrian tersebut di depan emperan ruko yang sudah tutup. Disaat pesanan kami dibuatkan, ternyata si bapak menawarkan klepon. Tentu saja kami iyakan! Kami memesan seporsi nasi goreng dan seporsi bakmi jawa, dengan tingkat kepedasan sedang.
Suapan pertama masuk ke mulut kami. Rasa bakmi dan nasi goreng jawa yang khas, dari bumbu berbalut kecap dan aroma smoky yang hanya bisa didapatkan ketika memasak menggunakan anglo. Entah kami yang terlalu cupu atau tidak, pesanan kami ternyata terasa sangat pedas. Namun kikil babi terasa sangat empuk, hampir tidak perlu effort untuk mengunyah. Tapi yang menjadi tokoh utama di nasi goreng dan bakmi ini adalah klepon-nya yang mempunyai tekstur unik.
Menurutku satu porsi yang disajikan, baik bakmi ataupun nasi goreng cukup banyak. Kikil babi yang diberikan pun tidak pelit. Sayangnya tidak ada acar sebagai tombo mblenger. Untuk minum, bisa pesan di warung dekat gerobak ini mangkal jadi masih aman untuk makan di tempat.
Nasi Liwet Random Dekat Hotel
Pagi hari pun tiba. Tidak ingin menyiakan waktu, kami berburu sarapan di area dekat hotel. Disisi lain, aku teringat masih mempunyai bungkusan rica bekicot dari Magetan. Tentunya makanan berkuah akan sangat tidak nyambung. Akhirnya kami menemukan warung nasi liwet kecil di dekat hotel kami di daerah Kartasura. Sebenarnya dibilang warung juga bukan, tapi semacam emperan yang buka ketika pagi saja. Tepatnya di depan SD Negeri 1 Blulukan.
Kamipun memesan 2 porsi nasi liwet, cukup banyak lauk yang ditawarkan tapi kami memilih menggunakan lauk telur bacem. Seporsi nasi liwet berisi nasi, sayur rebung, suwiran ayam dan santan seperti pasta. Kemudian disajikan diatas piring yang dialasi daun pisang. Porsinya sangat pas untuk sarapan.
Nasi liwet khas Solo ini bisa dibilang comfort and simple food. Apalagi ketika dinikmati dipinggir jalan sambil melihat lalu lalang orang yang berangkat sekolah atau kerja. Nasi liwet ini seolah menggambarkan kota Solo yang juga simple dan comfort. Tidak lupa kami dengan kesotoyan kami mencampurkan nasi liwet dengan rica bekicot. Tidak disangka ternyata bisa nge-blend. Nasi liwet yang light, beradu dengan rica bekicot yang sangat pedas.
Babi Kuah Pak Tris Lo Siombok (google maps)
Di siang hari, kami sangat penasaran dengan babi kuah yang seakan sudah menjadi makanan khas Solo. Karena memang (sampai postingan ini ditulis) masih belum ada makanan serupa ataupun cabang di kota lain. Karena penasaran dan baru pertama kali, kami memilih warung yang banyak di-review bagus setidaknya dari internet. Pilihan kami jatuh ke babi kuah Pak Tris di daerah Solo Baru.
Sesampainya disana, kami disuguhkan berbagai macam bagian daging babi yang siap dipesan. Ada daging, samcan, kuping, dan jeroan lain. Yang paling menantang ada juga saren, yaitu darah babi yang sudah dibekukan. Karena tidak mau pusing, aku pesan campur tanpa saren. Temanku memesan dengan saren karena penasaran. Yang cukup menarik adalah kami ditawarkan nasi, karena dari review yang kami lihat babi kuah ini dimakan apa adanya dengan kuah saja. Tentu saja kami memesan dengan nasi, karena pas juga dengan jam makan siang.
Semangkok babi kuah hangat sudah ada di depan kami. Seruputan kuah pertama, ternyata rasa kuahnya mirip dengan semur. Aku coba makan potongan daging yang sepertinya sudah dibacem sebelumnya. Sesuai dugaan, cita rasa babi kuah ini adalah manis gurih. Di meja terdapat juga bubuk merica dan sambal khas babi kuah, aku tambahkan sedikit demi sedikit hingga rasanya bisa ditolerir.
Sebenarnya babi kuah ini bukan tidak enak. Daging dan jeroan babi sangat empuk, bahkan saren yang aku coba dari punya temanku terasa sangat pas teksturnya. Namun cita rasa manis gurih ini yang mungkin tidak pas untuk semua orang. Untuk sebagian orang mungkin disuapan kelima atau keenam akan sudah merasa mblenger. Tapi sambal, bubuk merica, dan nasi masih bisa untuk mengcounter rasa manis tersebut.
Kedai Babi Onik (google maps)
Setelah menyelesaikan pekerjaan kami hari itu, kami melanjutkan perburuan kuliner untuk makan malam. Sejujurnya perutku masih terasa kenyang. Tapi aku tidak mau menyiakan waktu untuk tidak mencoba kuliner, mumpung masih di Solo.
Sasaran kuliner kali ini adalah Kedai Babi Onik. Tipikal kedai yang memadukan sate babi khas chinese food dengan sentuhan citarasa khas Solo. Kedai ini berada dekat sekali dengan terminal Kartasura, yang kebetulan juga dekat dengan hotel kami saat itu.
Kami memesan beberapa menu : babi kecap, sosis babi dengan bumbu kecap, babi goreng bawang, babi asap, dan sayur baikut. Ketika menulis ini aku agak lupa mengapa tidak memesan sate babinya sekalian. Kemungkinan karena pesanan kami sudah sangat banyak, dan menilai sate babi akan sama saja rasanya dengan sate babi chinese food yang pernah kita makan. Sayur baikut, meskipun sangat umum juga di kedai chinese food sengaja aku pesan sebagai menu balancing dari menu daging babi yang sudah kami pesan.
Hidangan pun tersaji, kami mencoba satu persatu menu yang dihidangkan. Kesan pertama yang aku dapatkan adalah : empuk! Sangat empuk terutama babi kecap dan daging iga yang terdapat di sayur baikut. Bahkan menu babi yang digoreng pun tidak kalah empuk. Daging iga yang diberikan di sayur baikut juga sangat banyak, tidak seperti di kedai lain yang memberikan iga di sayur hanya sebagai pelengkap saja.
Review keseluruhan sangat baik. Hanya saja alasan personal, sepertinya aku kurang menyukai citarasa bumbu manis kecap dari masakan di kedai ini. Untung saja di paket pembelian babi goreng diberikan juga sambal bawang, sehingga bisa menjadi penyeimbang babi kecap dan sosis babi kecap. Dan tentu saja tidak berlebihan untuk me-mention peran sayur baikut sebagai refresher dari menu lain yang sudah kami pesan. Untuk babi asap juga sebenarnya cukup enak dan empuk, tapi masih kurang terasa aroma asapnya dan terkesan rasanya ora ngalor, ora ngidul.
Kesimpulan
Salah satu citarasa khas kota Solo yang aku dapatkan adalah bumbu manis dari kecap. Citarasa ini ada di nasi goreng jawa Pak Unyil, babi kuah Pak Tris dan babi kecap di kedai Onik. Bahkan makanan halal di kota Solo yang sebelumnya pernah aku makan seperti sate buntel kambing dan tongseng kambing mempunyai citarasa yang sangat mirip dengan makanan diatas. Menurutku citarasa bumbu kecap ini hampir bisa disetarakan dengan citarasa base genep di kuliner khas Bali. Apapun tipe masakannya, citarasa ini akan selalu muncul. Aku pribadi kurang mengidolakan citarasa ini, tapi aku masih belum menyerah untuk menemukan kuliner dengan citarasa Solo yang terbaik.