Terlahir di keluarga religius tidak serta-merta membuat aku menjadi “religius”. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang malah men-challenge iman. Aku tidak membutuhkan jawaban yang benar, aku hanya butuh sudut pandang lain. Lagipula, apa itu kebenaran? Apakah kebenaran sejati adalah pemikiran benar dari mayoritas? Atau kebenaran individu saja sudah bisa dibilang sebagai kebenaran?
Mengenai Tuhan, kita sering melabeli Tuhan dengan sifat-sifat manusia kita. Maha Kuasa, seperti pemerintah tunggal yang absolut dan bisa melakukan apapun yang Dia kehendaki. Maha Mengetahui, mungkin dibayangkan seperti memiliki kecerdasan Einstein, Hawking atau Tesla dalam skala yang tidak bisa kita bayangkan. Maha Benar, yang setiap ucapan dan tindakan-Nya pasti adalah kebenaran. Maha Kasih, Maha Pengampun, Maha Suci, dan yang lainnya.
Hanya saja, ketika sifat-sifat manusia tadi kita sematkan semua kepada Tuhan, sifat-sifat tersebut malah menjadi bertentangan. Paradoks tentang sifat Tuhan yang paling dikenal adalah sebagai berikut : Jika Tuhan Mahakuasa, apakah Dia bisa membuat benda yang sangat berat sehingga Tuhan sendiri tidak bisa mengangkatnya?
Ada ada lagi paradoks dari 2 sifat Tuhan. Apakah Tuhan Maha Mengetahui ataukah Tuhan Mahakuasa? 2 sifat ini bisa saling meniadakan. Jika Tuhan Maha Tahu, Dia tahu apa yang akan terjadi dan memiliki rencana. Tetapi ditengah suatu kejadian apakah Tuhan juga bisa mengganti rencana tersebut? Jika bisa, maka Tuhan bisa disebut Maha Kuasa tapi tidak Maha Mengetahui karena dia menganulir rencananya sendiri yang Dia buat dari ketahuan-Nya. Jika tidak bisa, maka Tuhan tidak Maha Kuasa.
Lalu manakah yang benar? kembali ke paragraf pertama, apa itu kebenaran? Menurutku itu tidak penting, karena Tuhan adalah hal yang misterius. Kita hanya menyembah empunya misteri tersebut, kita hanya menyembah ketidak-tahuan kita. Saat kita bisa membayangkan Tuhan sebagai suatu sosok logis yang bisa kita tangkap dan rasa dengan indera kita, mungkin kita harus mulai bertanya apakah benar itu Tuhan?